Dari Percakapan ke Perubahan: Refleksi, Tindakan, dan Warisan

October 2025

Setiap kunjungan meninggalkan jejak: percakapan singkat di beranda, catatan di buku lapangan, atau tawa generasi muda ketika membahas peluang ekonomi baru. Tulisan ini merefleksikan pengalaman tim CFES saat berkunjung ke Desa Sepakat Jaya (17 September 2025) dan Desa Laman Satong (18 September 2025). Bukan laporan kronologis—melainkan catatan tentang bagaimana pendampingan tumbuh dari pertemuan nyata dan melahirkan harapan bersama.

Pendampingan dimulai dari membuka ruang dialog yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Di meja diskusi, kebutuhan, kendala, dan potensi lokal dibahas secara terbuka. Dari dialog inilah data lapangan dan cerita warga merangkai kerangka intervensi yang relevan dan dapat diterapkan.

Selanjutnya kami melakukan assessment kelembagaan dan teknis yang ringkas namun mendalam. Penilaian ini memetakan struktur formal sekaligus dinamika pengelolaan, kapasitas pengurus, serta peluang dan risiko yang sering tersembunyi di balik rutinitas. Hasil assessment menjadi dasar rencana dukungan berbasis hasil—mengaitkan pelatihan, fasilitasi musyawarah, dan perbaikan administrasi dengan indikator yang jelas agar kemajuan dapat dipantau dan diukur.

Dukungan yang diberikan diarahkan pada perubahan nyata. CFES membantu menyusun prosedur operasional sederhana, format pelaporan yang mudah digunakan, dan mekanisme verifikasi yang transparan. Dengan pendekatan ini, insentif berbasis kinerja menjadi alat untuk mendorong praktik baru di lapangan—bukan sekadar memenuhi persyaratan administratif.

Penguatan kapasitas dilaksanakan secara konsisten. Pelatihan tata kelola, pengelolaan keuangan sederhana, dan pembinaan teknis ditujukan untuk memperkuat pengambilan keputusan dan keterbukaan internal lembaga lokal. Keterlibatan pemuda bukan sekadar formalitas; mereka dilibatkan dalam pemantauan, komunikasi, dan inisiatif ekonomi sebagai investasi agar perubahan dapat bertahan.

Monitoring, evaluasi, dan pembelajaran adaptif menyatukan seluruh proses menjadi siklus dinamis. Indikator yang sederhana namun tepat dipantau berkala, dan temuan dibawa ke sesi refleksi untuk menyesuaikan langkah berikutnya. Dengan demikian pendampingan menjadi proses kolaboratif yang belajar bersama dan beradaptasi sesuai kebutuhan lapangan.

CFES berpegang pada prinsip keterlibatan penuh, transparansi, dan komitmen terhadap keberlanjutan. Melalui dialog, assessment, perencanaan berbasis hasil, penguatan kapasitas, mekanisme insentif, dan pembelajaran adaptif, gagasan konservasi diupayakan menjadi praktik sehari-hari yang nyata dan bermanfaat bagi masyarakat serta lingkungan.

“Penyaluran dana PES sepenuhnya bergantung pada kinerja nyata yang dijalankan oleh LPHD. Penguatan tata kelola kelembagaan menjadi kunci agar Hutan Desa dapat dikelola secara berkelanjutan,” ujar Darmawan Liswanto, Ketua Badan Pengurus CFES.

Akhirnya, dari perjalanan dan pengalaman di lapangan lahir refleksi yang memandu tindakan. Kisah-kisah kecil di Desa Sepakat Jaya dan Desa Laman Satong menjadi bukti bahwa ketika komunitas dan pendamping berjalan bersama, konservasi berubah dari gagasan menjadi praktik nyata—dan dari situ tumbuh harapan untuk masa depan hutan yang lebih terawat.

Bagikan: