Hutan desa Laman Satong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, terletak di antara Taman Nasional Gunung Palung dan hutan lindung Gunung Tarak (DAS) di sebelah barat laut dan dua konsesi perkebunan kelapa sawit di sebelah tenggara. Terletak di daerah perbukitan dataran rendah (ketinggian di bawah 100m dpl), hutan desa merupakan bagian dari daerah tangkapan air sungai Satong dan Tolak yang mengalir ke selatan ke daerah rawa gambut di dekatnya dan pantai. Kawasan hutan desa terdiri dari dua bukit, Bukit Tatas dan Bukit Kaderon, dibagi oleh pemukiman perumahan dusun Manjau di sepanjang jalan berkerikil. Mata air di hutan ini merupakan sumber utama air mengalir bagi penduduk desa. Beberapa titik di hutan tersebut merupakan hutan suci, tempat ritual keagamaan dilakukan.
Hutan desa didominasi oleh hutan sekunder, agroforestri, dan semak belukar. Di masa lalu hutan ditebang atau dibuka untuk persawahan dataran tinggi, setelah itu lahan diubah menjadi agroforestri campuran (pohon karet, buah, dan kayu) atau dibiarkan terlantar selama beberapa tahun kemudian dibuka untuk siklus baru penanaman padi dataran tinggi. Saat ini, berdasarkan aturan adat, pembukaan hutan baru dilarang. Penanaman pohon dan/atau penanaman sawah dataran tinggi di lahan terlantar (bawas) didorong, tetapi sering kali dibatasi oleh kurangnya tenaga kerja keluarga dan/atau bahan tanam berkualitas baik. Pertukaran tenaga kerja sering dilakukan untuk mengatasi kekurangan uang tunai dan tenaga kerja.
Hutan sekunder dan agroforestri dewasa merupakan rumah bagi spesies mamalia, burung, amfibi dan reptilia Borneo yang dilindungi, serta pohon (dipterokarpa). Sebanyak 14 spesies mamalia, 158 burung, 24 spesies amfibi dan reptilia, dan 48 spesies pohon tercatat di dalam area proyek berdasarkan penilaian keanekaragaman hayati partisipatif dasar yang dilakukan pada tahun 2011-2012. Banyak di antaranya merupakan spesies endemik dan tercantum dalam Daftar Merah IUCN, termasuk siamang berjanggut putih Borneo yang Terancam Punah (Hylobates albibaris), dan pohon dipterokarpa coklat karat yang Terancam Punah (Hopea ferruginea). Selain itu, enam dari delapan spesies burung rangkong yang mungkin dikenal sebagai indikator kesehatan hutan dan penghuni hutan juga tercatat. Selain burung rangkong, penghuni hutan lainnya seperti argus besar (Argusianus argus), kura-kura kotak Malaya (Cuora amboinensis), dan kura-kura tempurung lunak Asia Tenggara (Amyda cartilaginea) tercatat di wilayah tersebut.