Budidaya Madu Kelulut Desa Telaga di Tengah Ancaman Banjir

July 2023

Kegiatan budidaya lebah khususnya madu kelulut memiliki banyak manfaat secara ekologi maupun ekonomi, serta erat kaitannya dengan praktik-praktik dalam pengelolaan kawasan hutan. Secara ekologis, lebah kelulut atau lebah tanpa sengat, bermanfaat dalam membantu proses penyerbukan dan produktivitas tanaman yang ada disekitarnya secara optimal, serta mendorong upaya-upaya perlindungan dan pemanfaatan kawasan hutan. Pada aspek ekonomi, pengelolaan wilayah yang mengutamakan produksi dan konsumsi sumber daya alam secara berkelanjutan, juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan peluang usaha yang cukup menjanjikan.

Budidaya lebah madu secara instan dapat menjadi wadah yang efektif dan efisien dalam mengedukasi masyarakat menjadi sadar akan pentingnya menjaga dan memelihara kawasan hutan yang menjadi sumber pakan lebah. Selain memiliki manfaat untuk kesehatan, madu dapat digunakan sebagai alat untuk memperkenalkan dan mempromosikan daerah yang menjadi lokasi budidaya, karena pada dasarnya, produk madu ada di tiap wilayah, akan menghasilkan produk madu yang sesuai dengan karakteristik lokal.

Antusiasme masyarakat terhadap budidaya lebah kelulut telah meningkat di beberapa tempat lain di Indonesia. Sebaliknya, di Desa Telaga sendiri, budidaya lebah kelulut (Trigona sp.) masih belum banyak dikembangkan. Sehingga diharapkan pembudidayaan madu kelulut mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Sebagai anggota LPHD (Lembaga Pengelolaan Hutan Desa) Telaga sejak 2020, Syarifuddin secara mandiri mulai mengembangkan budidaya madu kelulut setelah mengikuti pelatihan budidaya madu di Kasongan yang diadakan oleh organisasi mitra BPSKL.

Selama pelatihan, peserta memiliki kesempatan untuk melakukan studi banding dengan Metroyadi, seorang peternak kelulut. Tujuan dari studi banding untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang proses pembudidaya madu kelulut. Hasil studi banding menunjukkan bahwa semua aspek budidaya lebah kelulut harus dikelola dengan baik dan tidak sembarangan. Ini termasuk proses pembuatan kotak sarang, cara memanen dengan benar, memilih tanaman untuk ditanam sebagai pakan lebah, dan memastikan bahwa suhu udara dalam kotak sarang tidak terlalu tinggi. 

BPKSL turut membantu dalam pembiayaan pembelian kotak sarang selama pelatihan. Di sisi lain, koloni lebah kelulut di Desa Telaga dibeli dari masyarakat yang biasa keluar dari hutan untuk mencari sarang lebah di Hutan sekitar Sungai Katingan dan Sungai Kalaru. Proses budidaya lebah kelulut dapat berlangsung selama tiga bulan hingga musim panen. Namun, di Desa Telaga, banyak hal yang mengancam selama proses pembudidayaan, seperti area yang digunakan untuk budidaya lebah kelulut tersapu dan terendam banjir, yang menggagalkan hasil panen madu. Selain itu, kondisi desa yang berada di tepi sungai memungkinkan gagal panen bisa terjadi kapan saja karena ancaman banjir. 

Sangat penting untuk memiliki rencana pengelolaan bencana yang baik untuk melindungi lebah kelulut dan mengurangi dampak dan resiko yang terjadi pada koloni lebah. Misalnya, memilih tempat yang dianggap aman untuk budidaya, memastikan sistem drainase yang baik untuk mencegah air tergenang di sekitar kotak sarang, menyiapkan evakuasi dan perlengkapan yang diperlukan untuk menyelamatkan koloni jika banjir terjadi, serta melakukan prosedur perawatan pasca banjir. Sehingga upaya-upaya mengembangkan budidaya lebah kelulut di Desa Telaga, masyarakat dapat memanfaatkan potensi lokal, meningkatkan kesejahteraan ekonomi, dan membantu pelestarian lingkungan dan keberlanjutan Desa Telaga dari ancaman bencana banjir.