Maret 2024
Trenggiling atau pangolin merupakan hewan “penggulung” yang dapat ditemukan di Asia dan Afrika. Terdapat empat spesies trenggiling di Asia, yaitu Indian pangolin, Philippine pangolin, Sunda pangolin, dan Chinese pangolin. Dan empat spesies trenggiling yang berada di Afrika, seperti Black-bellied pangolin, White-bellied pangolin, Giant Ground pangolin, dan Temminck’s Ground pangolin.
Trenggiling merupakan hewan yang biasanya lebih aktif di malam hari. Sebagian dari mereka hidup di tanah dan membuat sarang dengan menggali tanah hingga kedalaman tiga meter. Namun, jenis trenggiling seperti Black-bellied ini andal dalam memanjat dan dapat memanfaatkan ekornya untuk mencengkeram batang pohon. Lalu, trenggiling White-bellied memiliki sifat arboreal yang akan membuat sarangnya di atas pohon.
Sebagai hewan mamalia satu-satunya yang memiliki sisik, hal tersebut merupakan keistimewaan tersendiri yang dimiliki oleh trenggiling. Sisik yang terdapat di seluruh tubuhnya ini terbuat dari keratin, zat yang terkandung dalam kuku dan rambut manusia. Keratin juga merupakan protein yang terkandung dalam cula badak dan cakar beruang. Sisik trenggiling diyakini dapat digunakan sebagai bahan resep pengobatan tradisional, walau belum ada penelitian yang membenarkan hal tersebut. Selain sisik, dagingnya pun banyak dimasak untuk dikonsumsi. Hal-hal tersebutlah yang menjadi alasan trenggiling banyak diburu secara illegal untuk diperjual-belikan, dan akhirnya membuat trenggiling termasuk kedalam “The Most Trafficked Mammal”.
Hewan ini memiliki julukan scaly anteaters karena trenggiling dapat memakan semut dan rayap dalam jumlah yang sangat banyak. Trenggiling dewasa dengan ukuran 6,6 pounds dapat memakan rayap sebanyak 0,66 pounds dalam sekali makan atau 70 juta serangga setiap tahunnya. Maka dari itu, trenggiling berperan penting bagi ekosistem, sebagai pengendali hama dan menjaga lahan dari pengrusakan rayap.
Salah satu spesies trenggiling yang dapat dijumpai di Indonesia adalah trenggiling sunda atau Manis javanica. Trenggiling ini dapat ditemukan di wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan Peraturan Menteri LHK Nomor 106 Tahun 2018, trenggiling sunda atau Manis javanica dimasukkan ke dalam kelompok hewan yang dilindungi karena terancam punah. Tidak hanya di Indonesia, di negara-negara yang menjadi habitat trenggiling pun terus berupaya dalam melindungi hewan tersebut dari perburuan liar, karena pemburuan liar trenggiling menjadi kekhawatiran masyarakat dunia, dan membangun kemampuan negara untuk mencegah dan mengurangi permintaan produk yang berasal dari hewan dilingdungi ini.
Maka dari itu, sebagai bentuk upaya konservasi trenggiling yang bertujuan meningkatkan kesadaran terhadap keberlangsungan hidup trenggiling, UN Environment Project (UNEP) memperingatinya dengan World Pangolin Day pada minggu ketiga setiap bulan Februari dan kita bisa berpartisipasi dalam menyuarakan ajakan melindungi trenggiling dari kepunahan, ataupun kita dapat berdonasi melalui organisasi yang membantu melindungi habitat mereka.
Your Voice Matter to Save Pangolins!
Sumber foto: Wildlife Reserves Singapore & Jak Wonderley