Juni 2024
Desa Telaga yang terletak di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, menyimpan banyak cerita soal kehidupan masyarakat lokal setempat. Desa ini terletak di tepian Sungai Katingan yang juga dikelilingi oleh hutan yang melimpah. Topografi desa yang didominasi oleh daerah aliran sungai dan dikelilingi oleh hutan menjadikan aktivitas mencari dan mengolah ikan sebagai mata pencaharian utama di desa ini. Sehingga masyarakat lokal banyak bergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
Namun masyarakat desa telaga yang banyak bergantung pada kondisi sungai atau danau-danau yang ada di sekitarnya juga menghadapi tantangan dan masalah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kondisi desa yang sering dilanda banjir musiman tiap tahunnya, membuat penduduk desa jarang bermata pencaharian sebagai petani/pekebun. Ketika banjir musiman, ikan sulit untuk dicari sehingga membuat harga ikan menjadi mahal. Sulitnya mencari ikan membuat penduduk di Desa Telaga membuat beje atau kolam ikan. Beje dibuat ketika musim hujan dan akan diambil hasilnya ketika musim kemarau. Selain menggunakan beje, menggunakan pengilar juga menjadi bentuk siasat dari nelayan untuk menangkap ikan. Pengilar yang tidak memiliki musim penggunaan, menjadikan pengilar sebagai alat yang efisien bagi nelayan ketika desa mengalami banjir.
Kondisi permasalahan yang dihadapi masyarakat juga menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan makanan khas desa telaga, salah satunya berupa Kerupuk amplang yang merupakan jenis kerupuk yang terbuat dari ikan pipih atau ikan gabus hasil tangkapan masyarakat di Sungai Katingan yang kemudian diolah dengan teknik khusus sehingga menghasilkan kerupuk yang lezat dan gurih. Kerupuk amplang menjadi simbol kegiatan nelayan yang tangguh dalam upaya mereka dalam memanfaatkan sumber daya lokal.
Dalam mengembangkan perhutanan sosial sebagai skema yang efektif dan berkelanjutan dalam konservasi dan peningkatan mata pencaharian di Hutan Desa Telaga melalui program Payment Environmental Services (PES). CFES bersama Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Telaga melalui kelompok Amplang “Harapan Maju” banyak melakukan berbagai kegiatan dalam peningkatan dan penguatan kelompok untuk terampil dalam strategi bisnis, pengelolaan keuangan, dan pemasaran. Salah satunya melalui pelatihan peningkatan kapasitas dengan metode BMC (Bisnis Model Canvas). Peningkatan kapasitas ini juga memberikan pemahaman tentang cara mengoptimalkan model bisnis, mulai dari mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan model, dan mempelajari strategi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing bisnis.
Kegiatan-kegiatan seperti ini memberi kelompok Harapan Maju kesempatan untuk bekerja sama dan berbagi pengalaman dan pengetahuan. Ini menciptakan lingkungan belajar yang dinamis di mana peran anggota kelompok dapat saling menginspirasi dan mendukung satu sama lain untuk membangun model bisnis yang berhasil. Sehingga hasil yang diharapkan adalah bahwa LPHD Telaga melalui kelompok Harapan Maju dapat melindungi, mengimplementasikan dan memanfaatkan PES untuk mendukung pengelolaan jangka panjang bisnis kelompok dan berkontribusi pada mata pencaharian masyarakat.
Peran aktif KUPS Harapan Maju dalam meningkatkan taraf hidup perempuan di Desa Telaga tidak hanya memperkuat kedudukan mereka dalam masyarakat, tetapi juga mendorong kemajuan ekonomi desa secara keseluruhan. Dalam hal ini, perempuan Desa Telaga telah memberikan kontribusi yang signifikan dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan terkait usaha. Melalui peran perempuan ini, dampak positif terhadap perekonomian masyarakat dapat terjadi, sekaligus memberdayakan perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan dan peningkatan kualitas hidup.
Cerita dari Desa Telaga memberikan banyak inspirasi bahwa kehidupan yang seimbang dengan alam dapat terwujud. Di tengah tantangan perubahan iklim dan kebakaran hutan dan lahan serta ketergantungan hidup pada alam sekitar, membuat masyarakat desa tetap teguh mempertahankan kearifan lokal mereka dalam menjaga kelestarian alam. Melalui keterampilan dan kerjasama yang terus meningkat, mereka mampu beradaptasi dan mengoptimalkan sumber daya yang mereka miliki untuk meningkatkan taraf hidup dan melindungi lingkungan mereka.